
Sukses sebagai juara Formula Asia 2008, Rio Haryanto mulai menunjukkan taring di Formula BMW Pacific. Tangga menuju ajang Formula 1 pun terbuka. Demi prestasi, Rio memilih hidup mandiri di negeri jiran.
Sebagai abege, Rio Haryanto tak beda dengan anak seusianya. Pembalap berusia 16 tahun ini punya hobi: kongkow bareng teman, menonton film di bioskop, hingga menjalin hubungan pertemanan dengan lawan jenis. Namun, untuk urusan terakhir, pemuda kelahiran Solo, Jawa Tengah, 22 Januari 1993, ini punya sedikit batasan. "Aku belum mau pacaran," kata Rio.
Tekad juara Formula Asia 2008 itu tentu bukan tanpa alasan. Dia teringat pesan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, beberapa waktu lalu. Sang Menteri mewanti-wanti agar pembalap andalan Indonesia ini menunda dulu keinginan untuk pacaran. "Mungkin, agar bisa lebih fokus," Rio menduga-duga alasan Adhyaksa.
Dugaan Rio bisa saja benar. Buktinya, siswa FPMS Junior High School (setingkat SMU) Singapura ini mampu fokus di seri perdana balapan tahunan Formula BMW Pacific yang diikutinya, Ahad pekan lalu, dengan prestasi gemilang. Rio naik podium utama di seri pertama ajang para pembalap muda formula. Lagu Indonesia Raya menggema di sela-sela persiapan jelang balapan akbar Formula 1, di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia.
Memulai balapan dari posisi start keenam, pembalap yang baru bergabung dengan tim Meritus Racing itu melibas lawan-lawannya. Dia berhasil menyisihkan pembalap Australia, Chris Wootton, dan pembalap Irlandia, Gary Thompson. Kedua pesaing beratnya itu masing-masing mencapai finis di posisi kedua dan ketiga. Peter Thompson, Presiden Meritus Racing, memuji Rio setinggi langit. "Dia layaknya seekor bebek yang bertemu air, di ajang ini (Formula BMW Pacific). Dia pembalap hebat, masa depannya cerah," ujar Peter kepada Gatra, beberapa waktu lalu.
Ramalan Peter bisa jadi kini menjadi harapan seluruh pencinta olahraga balap Indonesia. Apalagi, dengan usia yang terbilang masih sangat muda, kariernya di dunia balap masih cukup panjang. Cita-citanya untuk bisa duduk di balik cockpit mobil balap Formula 1 bukan impian kosong belaka. Setidaknya, itu sudah terlihat dari sejumlah prestasi yang telah berhasil digenggamnya sejak masih kanak-kanak.
Rio merintis karier di dunia balap sejak masih balita. Kesukaan bungsu dari empat bersaudara ini pada dunia balap diturunkan oleh sang ayah, Sinyo Haryanto, yang seorang pembalap nasional. Bersama ketiga kakak kandungnya --Roy Haryanto, Rizqi Haryanto, dan Ryan Haryanto-- Rio kecil kerap diajak ke lintasan balap menyaksikan sang ayah membetot kuda besinya.
Saat itu, Rio masih berusia 5 tahun. Oleh sang ayah, yang juga pengusaha stationary, ia juga sering dijejali tontonan berupa rekaman VCD sang ayah ketika berlaga. "Dari situ, saya mulai tertarik dan suka," kata Rio. Dua kakak kandungnya terlebih dulu terjun di dunia balap. Roy Haryanto, yang kini beralih profesi sebagai atlet tembak nasional, adalah langganan juara gokart nasional dan mantan juara Formula Asia. Sedangkan Ryan Haryanto adalah juara Asian Max Challenge Senior Championship 2007 dan runner up Asian Formula Renault 2008. Sementara itu, Rizki Haryanto memilih untuk melanjutkan sekolah bisnis di Amerika Serikat.
Kombinasi darah pembalap, kecintaan pada dunia balap, serta kesempatan yang diberikan keluarga membuat Rio tak butuh lama untuk bisa duduk di kursi mobil balap. Kesempatan pertama datang ketika ia masih berusia 6 tahun. Ia memulainya dari arena karting. Di arena balap itulah, Rio mulai meniti kariernya. Sejumlah gelar juara di kejuaraan tingkat lokal dan nasional berhasil diraihnya. Di usianya yang kedelapan, Rio berhasil mensejajarkan diri dengan pembalap-pembalap yang usianya lebih tua darinya. Ia mampu menjadi juara gokart tingkat ASEAN dalam ASEAN Kart Festival.
Setelah itu, prestasi demi prestasi diraihnya. Sirkuit demi sirkuit jadi arena pembuktian kemampuannya. Hampir di setiap kejuaraan gokart, Rio menyabet posisi juara. Bahkan, tiga tahun berturut-turut-sejak 2005 hingga 2007, ia mampu menjadi juara Junior Asian Karting Championship sebelum naik kelas ke ajang Formula. "Saya berusaha untuk selalu fokus dan konsisten saja," penerima lisensi C --lisensi pembalap Formula-- termuda dari Federasi Otomotif Internasional (FIA) ini mengungkapkan rahasianya..
Rio pun makin giat belatih. Penggemar juara Formula 1 Aryton Senna ini berlatih serius di bawah bimbingan pelatih profesional Dennys van Rhee. Pelatih asal Belanda ini diajak bekerja sama untuk membawa Rio melewati jenjang demi jenjang menuju kursi Formula 1. Dari latihan fisik standar, seperti fitness dan treadmill setiap sore, hingga rutin berenang selama lima hari seminggu setiap pagi hari. "Kecuali Sabtu-Minggu," ia menambahkan. Rio boleh libur, tapi tak bisa sepenuhnya bebas.
Ia harus menyelesaikan tugas sekolah dan menjalani disiplin ketat yang diberikan pelatih. "Tapi, kadang menemani orangtua yang datang menengok," ujar Rio. Sejak lima tahun lalu, Rio telah merantau bersama sang kakak, Ryan Haryanto, ke Singapura. Bahkan, empat tahun belakangan ini, Rio terpaksa hidup mandiri setelah sang kakak melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat.
Dia memilih tinggal di Singapura, karena dianggap nyaman dan punya iklim yang mendukung peningkatan kariernya sebagai pembalap. Kemampuan berbahasa Inggris-nya juga lebih terasah setelah tinggal di negeri temasek itu. Walhasil, untuk mencapai cita-citanya sebagai pembalap Formula 1, dibutuhkan biaya yang tak sedikit.
"Hingga kini, sebagian besar (dana) masih dari Papa, selebihnya dari sponsor," kata Rio. Selain dukungan pemerintah dan perusahaan Kiky Stationary milik sang ayah, dua perusahaan swasta lainnya, yaitu Djarum Black dan produsen Oli Top One, ikut membiayai perjalanan karier Rio membela Merah Putih di pentas dunia.
Dalam hitungan manajemen Rio, setidaknya dibutuhkan 400.000 euro atau sekitar Rp 6 milyar untuk latihan dan mengikuti seluruh seri lomba Formula BMW Pacific. Biaya itu belum termasuk biaya pelatih. Sementara ini, sang pelatih, Dennys van Rhee, tidak disewa secara khusus. Pelatih spesialisasi karting dan Formula itu secara sukarela melatihnya. "Tak ada kontrak, katanya sih, investasi buat masa depan saya," Rio menambahkan.
Nah, jika pelatih asing saja percaya pada kemampuan dan masa depan Rio, mengapa kita tidak.(nm/anm/msm)
apa benar rio gk pengen pnya pcr???????
BalasHapusitu Foto Rio sama siapa sih yang pake baju item?? :-(
BalasHapusPevita Pearce. Rio kan tipe ceweknya setara Cinta laura - pevita Pearce
Hapus